Gambar: Abri sous roche
Sumber: Philip Lacombe (2004) GNU Free Documentation license

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut corak kehidupan yang berasal dari masa sebelumnya masih berpengaruh. Dalam konteks perkembangan Prasejarah Asia Tenggara, di Indonesia telah lebih awal berkembang kebudayaan tradisi mesolitik. Kebudayaan tradisi mesolitik tersebut terjadi pada sekitar 120.000 tahun yang lalu, diwakili oleh lapisan mesolitik Song Terus, Punung. Dan baru menjelang antara tahun  10.000 -3.000 tahun yang lalu, budaya mesolitik Indonesia bersentukan dengan budaya neolitik Asia Tenggara Daratan. Kebudayaan tersebut dikenal dengan kebudayaan Hoabinian dari Vietnam (Suprapta, 2016:141).

Manusia pendukung pada masa mesolitik ini adalah ras Mongoloid dan Australomelanesid. Ras mongoloid adalah nenek moyang bangsa Indonesia bagian barat tingkat awal. Sedangkan ras Australomelanesid adalah nenek moyang bangsa Indonesia bagian timur tingkat awal. Kebudayaan masa ini di Indonesia terutama seringkali didapatkan bekas-bekasnya di Sumatera Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. 

Dari peninggalan-peninggalan yang ditemukan dapat diketahui bahwa manusia masa itu terutama masih hidup dari berburu dan menangkap ikan (food gathering) seperti juga pada masa sebelumnya. Tetapi sebagian sudah bertempat tinggal tetap, sehingga tidak mustahil bahwa bercocok tanam secara sederhana sudah dikenal (Soekmono, 1973:38).

Suatu corak istimewa dari kebudayaan ini ialah adanya peninggalan-peninggalan yang disebut dengan kjokenmoddinger (sampah dapur). Penemuan ini berupa tumpukan sisa-sisa makanan di tepian pantai seperti kerang-kerangan dan hewan laut lainnya. Didapatkan di sepanjang pantai Sumatera Timur Laut, di antara Langsa di Aceh dan Medan. Bekas-bekas ini menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah bertonggak (Soekmono:1973:39). 

Selain kjokenmoddinger (sampah dapur) ditemukan pula abris sous roche (gua-gua tempat tinggal manusia purba). Gua-gua itu sebenarnya lebih menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang yang cukup untuk memberi perlindungan terhadap hujan dan panas. Beberapa gua temukan terdapat rangka manusia dari masa berburu tingkat lanjut. Manusia-manusia ini berburu hewan hewan seperti kerbau, gajah, badak, dan rusa.

Artefak yang berhasil ditemukan dari kjokenmoddinger dan abris sous roche adalah kapak genggam Sumatera, alat-alat tulang (Sampung Bone Culture), dan alat-alat serpih bilah yang teknik pembuatannya sudah berkembang dari masa sebelumnya (Soedjono dkk, 2010:148-149). Selain itu ditemukan juga seni lukis di dinding gua atau dinding-dinding Karang berupa gambar telapak tangan, hewan-hewan, dan gambar perahu yang dimaksudkan sebagai perahu dari arwah nenek moyang dalam perjalanannya ke alam baka. 

Alam kepercayaan masyarakat pada waktu itu terlihat juga dalam peristiwa upacara penguburan. Bukti tentang penguburan ditemukan di Gua Lawa, Sampung dan di Gua Sodong, Jawa Timur (Soejono dkk, 2010: 184-186).