Masa Perundagian - Hobbline
Gambar: Nekara Bulan Pejeng Pura Penataran Sasih Pejeng, Gianyar
Sumber: Urs Ramseyer (1977: 29) Art & Culture of Bali (dalam Artanegara, 2019).

Berbagai usaha dilakukan manusia untuk menyempurnakan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Hal-hal barupun telah ditemukan manusia dan yang terpenting di antaranya ialah peleburan bijih logam dan pembuatan benda-benda dari logam.

Masa perundagian ini disebut juga masa kemahiran teknik dengan teknologi atau budayanya tradisi paleometalik atau tradisi seni tuang logam. Namun, alat-alat masa bercocok tanam masih dipertahankan terutama untuk kegiatan dalam memproduksi makanan (Anwarsari, 1995:83).

Pada masa ini sistem perdagangan dilakukan secara meluas antar-pulau di Indonesia dan antara kepulauan Indonesia dengan daratan Asia Tenggara. Perahu bercadik memainkan peranan yang besar dalam hubungan-hubungan perdagangan ini. Perdagangan dilakukan dengan cara tukar-menukar barang yang diperlukan.

Perdagangan dengan daratan Asia Tenggara rupa-rupanya telah berkembang dengan pesat dan barang-barang yang diperdagangkan terutama rempah-rempah, jenis-jenis kayu, perhiasan manik-manik, dan hasil bumi lainnya (Soejono dkk, 2010:410).

Benda benda peninggalan pada masa perundagian diantaranya adalah kapak corong, candrasa, nekara, moko, barang-barang perhiasan, dan arca-arca. Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara biasa dinamakan dengan kebudayaan Dongson menurut tempat penyelidikan pertama di daerah Tonkin.

Hiasan hiasan pada negara menunjukkan dengan nyata akan adanya hubungan yang erat antara Kebudayaan paleometalik di Indonesia dengan daratan Asia. Maka tidak dapat disangsikan lagi bahwa kebudayaan paleolitikum di Indonesia memang termasuk satu golongan dengan kebudayaan paleolitikum Asia yang berpusat di Dongson (Soekmono, 1973:69).

Sedangkan menurut Suprapta (2016:141-142) pada tahun sekitar dua abad pertama Masehi, dalam konteks perkembangan prasejarah Asia Tenggara, Indonesia telah mengembangkan corak kebudayaan logam setempat, yaitu corak perbengkelan logam tipe Pejeng. Corak kebudayaan logam tipe Pejeng sangat berbeda dengan tipe perkembangan kebudayaan logam Dongson dari Vietnam.

Kedudukan masyarakat Prasejarah Indonesia dalam konteks kawasan regional Prasejarah Indonesia selalu terbuka dengan fase perkembangan budaya baru dan mentransformasikannya ke dalam kehidupan setempat, sehingga masyarakat prasejarah Indonesia dapat disejajarkan dengan kognisi manusia masa kini. Di sinilah posisi humanitas masyarakat prasejarah Indonesiasehingga dapat dijadikan pijakan tentang strategi pengebangan kebudayaan di masa depan Indonesia.