Jenis-jenis Manusia Indonesia Zaman Prasejarah
Gambar: Koenigswald dan Rekontruksi Mengathropus Palaeojavanicus 
Sumber:   DE Tyler & S Sartono. (2001). “A New Homo Erectus Creanium from Sangiran, Java”, Human Evolution, vol.16. 

Menurut pakar Antropologi Ragawi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta Prof. Dr. Teuku Jacob, yang dinamakan manusia prasejarah atau manusia fosil adalah manusia yang telah memfosil (membatu). Meskipun masih memiliki kemiripan dengan binatang, namun yang menjadi ciri pokok untuk dapat dikatakan manusia adalah ia berdiri tegak dan memiliki volume otak yang besar. Penelitian tentang manusia pra-sejarah sebenarnya menjadi kajian Antropologi Ragawi (khususnya Palaeoantropologi). Fosil manusia prasejarah di Indonesia ditemukan di Jawa yang memiliki arti penting karena berasal dari segala zaman atau lapisan plestosen (Jacop, 1994) dalam Yusliani & Mansyur (2015).  Jenis-jenis manusia prasejarah yang ditemukan di Indonesia antara lain :

Jenis Meganthropus 

Meganthropusberasal dari kata mega berarti besar, dan antropo yang berarti manusia atau manusia raksasa merupakan jenis manusia prasejarah paling primitif. Fosil dari jenis ini ditemukan di Sangiran (Jawa Tengah) oleh Von Koenigswald tahun 1936 dan 1941. Von Koeningswald menamakan fosil temuannya ini dengan sebutan Mengathropus palaeojavanicus (raksasa dari Jawa). Fosil yang ditemukan adalah sebuah rahang bawah dan 3 buah gigi (1 gigi taring dan 2 gigi geraham) berasal dari lapisan pleistosen bawah (Simanjuntak 2000) dalam Yusliani & Mansyur  (2015).

Meganthropusdiperkirakan hidup antara 2-1 juta tahun yang lalu. Dari rahang dan gigi yang ditemukan terlihat bahwa makhluk ini adalah pemakan tumbuhan yang tidak dimasak terlebih dahulu (rahang dan giginya besar dan kuat). Belum ditemukan perkakas atau alat di dalam lapisan ini sehingga diperkirakan manusia jenis ini belum memiliki kebudayaan (Sudrajad. 2012).

Rahang bawah Meganthropus mempunyai batang yang sangat tegap dan geraham yang besar-besar. Pada permukaan kunyah tajuknya terdapat banyak kerut, tetapi bentuk giginya adalah hominin. Otot-otot kunyahnya niscaya sangat kukuh, oleh karena itu mukanya diperkirakan massif dengan tulang pipi tebal, tonjolan kening yang mencolok, dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta tempat perlekatan yang besar bagi otot-oto tengkuk yang kuat. Dagu tidak ada dalam Meganthropus.Perawaknnya diperkirakan juga tegap. Melihat giginya, diperkirakan makanannya berupa tumbuh-tumbuhan (Soejono dkk, 2010).

Jenis Pithecanthropus

Pithecanthropusmerupakan jenis manusia prasejarah yang jumlahnya paling banyak. Pada tahun 1890-1891 dalam penelitian di Trinil (Ngawi) seorang dokter  tentara Belanda berkebangsaan Perancis Dr. Eugene Dubois menemukan rahang bawah, tempurung kepala, tulang paha, serta geraham atas dan bawah. Dr. Eugene Dubois menamakannya Pithecanthropus erectus (manusia kera berdiri tegak)  dengan volume otak kira-kira 900 cc serta memiliki tinggi badan kurang lebih 165 cm (Sudrajad, 2012).   

Jenis Pithecanthropus yang lain adalah Pithecanthropus mojodkertensis yang ditemukan di Sangiran oleh Weidenreich dan Von Koeningswald pada tahun 1939. Jenis lainnya adalah Pithecanthropus dubois yang ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1939 di Sangiran. Kedua fosil ini berasal dari lapisan pleistosen bawah (Sudrajad, 2012). 

Soejono dkk. (2010) menyimpulkan bahwa Pithecanthropus mojodkertensis berbadan tegap, mukanya pasti memiliki tonjolan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat. Mukanya menonjol ke depan sehingga diperlukan otot-otot tengkuk yang kukuh untuk mengimbanginya. Ditaksir, usianya sekitar 1,9 juta tahun sebelum sekarang. Kehidupan Pithecanthropus modjokertensi diperkirakan antara 2,5 hingga 1,5 juta tahun yang lalu, jadi kira-kira bersamaan dengan Meganthropus.

Pithecanthropus yang bertahan hidup sampai akhir plestosen tengah atau lebih belakang lagi adalah Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan hasil-hasil pertanggalan sementara, kehidupan Pithecanthropus soloensi ditaksir antara 900.000-300.000 tahun yang lalu. Pithecanthropus soloensis oleh sebagian ahli dianggap Homo neanthertalensis, bahkan ada yang menganggapnya Homo sapiens (Soejono dkk, 2010).

Jenis Homo

Manusia jenis homo merupakan manusia paling maju bila dibandingkan dengan manusia prasejarah sebelumnya. Penemuan manusia jenis ini diawali oleh Von Rietschotten  yang berhasil menemukan sebuah tengkorak dan rangka di Tulung Agung (Jawa Timur). Setelah diteliti oleh Dr. Eugene Dubois fosil manusia jenis ini dinamai Homo wajakensis. Sementara itu Ter Harr dan Openoorth dalam penelitian di Ngondong berhasil menemukan tengkoran dan tulang betis dari lapisan pleisosen atas yang kemudian diberi nama Homo soloensis (Sudrajad, 2012).    .

Homo merupakan jenis manusia yang paling maju dengan volume otak yang lebih besar dari jenis sebelumnya. Homo merupakan pendukung kebudayaan neolitikum yang berhasil dalam revolusi kehidupan. Von Koenigswald menyebutkan barangkali Homo wajakensistermasuk jenis Homo sapiens (manusia cerdas) karena telah mengenal teknik penguburan. Diperkirakan jenis ini merupakan nenek moyang dari ras Australoid dan menurunkan penduduk asli Asutralia yang sekarang ini (Sudrajad, 2012).