Kebudayaan Zaman Batu Pertengahan/Madya (Mesolitik)
Gambar: Abri sous roche
Sumber: Philip Lacombe (2004) GNU Free Documentation license

Mesolitik berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah. Zaman batu pertengahan diperkirakan berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam. Pada zaman ini, kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman batu tua, yaitu berburu, mengumpulkan makanan, dan menangkap ikan. Mereka juga sudah mulai hidup menetap di gua, tepi sungai, atau tepi pantai.

Alat-alat perkakas yang digunakan pada masa Mesolitik hampir sama dengan alat-alat pada zaman Palaeolithikum, hanya sudah sedikit dihaluskan. Peralatan yang dihasilkan pada zaman Mesolitik, antara lain kapak Sumatra (pebble), sejenis kapak genggam yang dibuat dari batu kali yang salah satu sisinya masih alami; kapak pendek (hache courte), sejenis kapak genggam dengan ukuranyang lebih kecil; pipisan, batu-batu penggiling beserta landasannya; alat-alat dari tanduk dan tulang binatang; mata panah dari batu dan juga flake (Soejono dkk, 2010).

Adapun hasil-hasil kebudayaan yang ditinggalkan manusia purba pada zaman batu pertengahan menurut Soejono dkk (2010).adalah sebagai berikut :

  1. Peradaban abris sous roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua), yaitu peradaban ketika manusia purba menjadikan gua-gua sebagai tempat tinggal. Hasil kebudayaannya adalah Kebudayaan Sampung Bone di Gua Lawa, dekat Sampung Ponorogo, Jawa Timur, berupa tulang manusia jenis Papua Melanesoid, flakes, alat-alat dari tulang, dan tanduk rusa yang ditemukan pada 1928–1931 oleh van Stein Callenfels dan Kebudayaan Toala di Lamoncong, Sulawesi Selatan. Hasil kebudayaan ini adalah lukisan yang terdapat di dinding gua, seperti lukisan manusia, cap tangan, dan binatang yang ditemukan di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, dan Danau Sentani Papua.
  2. Manusia purba yang tinggal di sepanjang pantai pada zaman Mesolitik telah memiliki kemampuan membuat rumah panggung sederhana. Kehidupan manusia purba ini menghasil kan tumpukan sampah berupa kulit siput dan kerang di bawah rumah mereka yang disebut kjokken moddinger (kjokken = dapur, moddinger = sampah). Sampah dapur ini banyak ditemukan di daerah pantai timur Sumatra antara Langsa sampai Medan.
  3. Peninggalan berupa kapak Sumatra dan kapak pendek di Indonesia sama dengan peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, Tonkin,Yunan Selatan. Para ahli menyimpulkan bahwa di Tonkin terdapat pusat kebudayaan prasejarah Asia Tenggara yang kemudian diberi nama Kebudayaan Bacson-Hoabinh.